Tanggal Kadaluwarsa dan Kenapa di Banyak Produk Indonesia Label Tanggalnya Selalu Dicetak Kecil serta Ditempatkan di Bagian yang Sulit Dilihat (Bagian 3)
Table of Contents
Kalau faktor teknis sebelumnya memaksa percetakan di area yang sulit, maka faktor desain
kemasanlah yang memotivasi pemindahan tanggal dari area yang mudah dilihat. Mungkin
disinilah kita bisa sedikit jengkel dengan niat para pelaku produksi.
Jadi dalam pemasaran, kemasan itu berfungsi sebagai alat pemasaran yang vital. Saking
vitalnya kemasan, khususnya pada panel depan. Kemasan dianggap sebagai real estate
premium yang tujuannya untuk menarik perhatian calon pembeli dalam 2 sampai 3 detik.
Karenanya desainer kemasan diharuskan mengatur informasi menggunakan hierarki visual.
Hierarki visual membedakan antara. Pertama, what I want to communicate (Ingin
dikomunikasikan) dan kedua, what I have to communicate (Harus dikomunikasikan)
Ingin dikomunikasikan mewakili elemen emosional, branding logo merek, gambar yang
menarik, klaim manfaat, dan elemen-elemen yang harus menempati panel depan lainnya.
Harus dikomunikasikan sendiri, adalah informasi wajib yaitu berupa regulasi, daftar bahan,
dan tanggal kadaluwarsa. Biasanya ditempatkan di panel belakang.
Dalam melakukan tugasnya seperti yang sudah diakui dalam literatur desain, desainer harus
mengintegrasikan informasi wajib ini sehingga memenuhi standar. Tetapi tidak boleh
mengalihkan perhatian dari tujuan pemasaran. Masalahnya dalam perspektif branding,
tanggal kadaluwarsa dan semacamnya dianggap kekacauan visual dinamis, yang dapat
mengganggu pesan merek yang statis. Oleh karena itu, tanggal kadaluwarsa akhirnya sengaja
didesak dari panel depan yang premium. Menuju area sekunder di panel belakang dan bahkan
di lipatan yang sulit dilihat.
Apakah pertimbangannya hanya itu saja, dan para pelaku produksi benar-benar berasumsi
bahwa konsumen tidak peduli?
Jawabannya ternyata tidak. Sebaliknya dikatakan bahwa penempatan label saat ini didasarkan
sekalian pada asumsi perilaku konsumen 2 tahap. Tahap pertama di rak (titik pembelian), para
pelaku produksi berasumsi bahwa keputusan pembelian di rak sangat didorong oleh branding
di panel depan. Tanggal kadaluwarsa yang terlalu menonjol dapat menciptakan friksi
pembelian, dan menimbulkan keraguan. Tahap kedua di rumah (titik konsumsi), asumsi
pelaku produksi disini adalah konsumen yang peduli pada kualitas dan keamanan. Pasti akan
meluangkan waktu untuk mencari label tanggal saat akan mengonsumsinya.
Walau dalam praktiknya jelas mengorbankan kemudahan konsumsi atau kenyamanan
konsumen. Ini jelas trade off yang diperhitungkan demi mengoptimalkan kemudahan
pembelian. Jadi intinya kita yang semakin pintar dan berkembang permintaannya ini. Yang
secara tidak langsung menjadi lebih waspada, dan lebih berusaha melakukan filter. Dianggap
pasti mau membolak-balik kemasan hanya untuk melihat label tanggal yang. Kadang
cetakannya sudah kecil, tidak tercetak sempurna, dan berdasarkan pengalaman bahkan ada
yang hampir semua tintanya sudah hilang.
Luar biasa sekali ya pembenaran sepihak dari para pelaku bisnis ini kalau dipikir-pikir. Udah
mah seringnya gambar kemasan depannya clickbait. Mengamankan posisi hukum dengan
hanya mencantumkan indikator kualitas. Dan ini sekarang, melakukan asumsi sepihak bahwa
kita manusia cerdas pasti mau ngecek-ngecek njelimet seperti itu. Supaya kita tidak
keracunan.
Kalaupun amit-amit keracunan namun konsumen lain tidak terlihat keracunan. Dalihnya
jelas.
“Lah kan saya nyantumin “baik digunakan sebelum” yang berarti indikator kualitas. Bukan
“tanggal kadaluwarsa” yang jadi indikator keamanan. Lalu yang lain aja tidak keracunan kok,
masa elu keracunan. Kalau begitu berarti salahnya distributor atau pengecer dong. Karena
nyimpen produknya nggak bener.”
Hmmb jujur sebagai sesama pelaku produksi saya lumayan tertarik dengan gimik – gimik
seperti ini. Ehem, maksudnya sebagai pencari informasi seperti sekarang tentu saja.
Posting Komentar