Tanggal Kadaluwarsa dan Kenapa di Banyak Produk Indonesia Label Tanggalnya Selalu Dicetak Kecil serta Ditempatkan di Bagian yang Sulit Dilihat (Bagian 2)

Table of Contents

 

Setelah tahu lebih lanjut mengenai label “Baik digunakan sebelum” dan “Tanggal kadaluwarsa.” Mari dilanjut ke perspektif produsen yang memandang ini sebagai alat manajemen resiko dan logistik.

Dengan pelaku produksi menggunakan label yang diatur pemerintah. Mereka secara jelas mendefinisikan apa yang kita sebut sebelumnya sebagai janji kepada konsumen. Ini dianggap sebagai strategi manajemen resiko yang vital, dikarenakan ada 2 terminologi untuk kasus ini, yaitu “Baik digunakan sebelum” dan “Tanggal kadaluwarsa.” Pertanyaannya kenapa 2 terminologi ini bisa jadi strategi vital?

Jawabannya tentu berasal dari makna terminologi itu sendiri. Kita sudah tahu bahwa keduanya tidak sama, karena yang satu jaminan mutu sedangkan satunya jaminan keamanan.

Pertama kita bahas lebih dulu jika konsumen sudah paham 2 terminologi ini. Jadi jika pelaku produksi menggunakan “Baik digunakan sebelum” maka ini adalah masalah kepuasan pelanggan terkait kualitas. Seperti misalnya produk jadi melempem setelah tanggalnya lewat. Namun jika produk menggunakan label “Tanggal kadaluwarsa” yang menyiratkan jaminan keamanan. Maka konsumen akan dapat mengklaim bahwa produk tersebut berbahaya setelah lewat tanggal. Ini jelas membuka potensi urusan hukum macam tuntutan, penarikan, dan sanksi regulasi.

Artinya dengan diusahakannya produk menggunakan label “Baik digunakan sebelum” alihalih “Tanggal kadaluwarsa.” Tidak peduli bagaimanapun caranya, maka sedikit banyak ini jadi semacam benteng pertahanan hukum. Yang membatasi tanggung jawab produsen. Jadinya kalaupun ada yang keracunan atau produk basi sebelum lewat tanggal, dengan digunakannya label “Baik digunakan sebelum” maka pelaku produksi berhak mengurangi atau bahkan melempar tanggung jawab ke pihak lain. Misalnya seperti ke distributor atau malah ke pengecernya.

Kedua saat konsumen tidak terlalu dan bahkan tidak paham tentang 2 terminologi ini sama sekali. Penjelasannya akan semakin mudah karena konsumen tidak tahu. Serta ditambah kebanyakan produk konsumsi indonesia hampir selalu menggunakan label “Baik digunakan sebelum.” Jadinya kalau terjadi hal yang tidak diinginkan seperti keracunan atau produk basi. Maka otomatis pelaku produksi dapat mudah lepas tangan terkait tuntutan hukum.

Walaupun menurut 2 penjelasan sebelumnya dampaknya terlihat sama bagi pelaku produksi. Nyatanya dari sudut pandang konsumen kejadiannya akan berbeda. Misalnya di bagian pertama, konsumen yang tahu regulasinya cenderung tidak akan menyentuh pelaku produksi. Sementara itu di bagian kedua, konsumen yang tidak tahu regulasinya. Bisa jadi blunder dalam penuntutan yang kadangkala menyebabkan pelaku produksi mampu menuntut balik. Dan malah mendapatkan ganti rugi dari itu.

Diluar fungsinya sebagai benteng pertahanan. Label “Baik digunakan sebelum” dan “Tanggal kadaluwarsa” dapat membantu efisiensi dalam manajemen rantai pasok. Apalagi industri ritel dan logistik sangat bergantung sekali pada prinsip FEFO (First Expired, First Out.) Sehingga batas tanggal yang tertera akan jadi penanda internal yang vital untuk mengelola inventaris. Sistem ini yang juga digunakan oleh distributor dan pengecer, akan memastikan bahwa produk dengan tanggal lebih awal dijual terlebih dahulu. Yang mana dengan cara ini, mereka jelas meminimalkan kerugian akibat produk yang melewati masa jaminan mutunya di rak.

Memasuki bahasan yang lebih dalam, sekarang kita akan menyentuh ke bagian selanjutnya. Dimana ini mungkin bahasannya akan menjawab kenapa bisa tanggal kadaluwarsa atau apapun itu. Kok dicetak kecil dan ditempatkan di lokasi yang tidak ramah bagi mata. Pertama-tama, analisis mengungkap bahwa penempatan tanggal yang kecil dan berada di lokasi sulit. Seringkali bukanlah pilihan yang disengaja untuk menipu. Melainkan sebuah kompromi teknis yang didorong oleh tuntutan efisiensi produksi berkecepatan tinggi.

Untuk mulai memahami ini, perlu kita ketahui bahwa tanggal kadaluwarsa dan kode produksi. Tidak seperti label kemasan utama yang dicetak statis, kode ini sendiri harus dicetak secara dinamis pada setiap produk individu di akhir lini perakitan. Jadi lebih jelasnya, pelaku produksi memang bisa mencetak label kemasan utama secara masal, seberapa banyak pun kebutuhan yang bisa diperkirakan. Namun kode produksi beserta tanggal, tidak bisa dicetak di waktu yang sama berkat waktu produksi yang berbeda di setiap harinya.

Karena berada di akhir lini perakitan, maka pemberian label tanggal dan kode produksi tidak sembarangan diberikan. Di Indonesia sendiri ada 2 teknologi yang paling umum digunakan untuk proses tersebut. Dan teknologinya adalah Continuous Inkjet (CIJ) dan Laser Coding. Untuk CIJ, prinsip kerjanya adalah dengan menyemprotkan tinta. Sementara laser, berfungsi mengukir kode pada produk yang bergerak dengan kecepatan tinggi.

Walaupun sudah ada teknologi untuk pemberian label produksi. Dalam suatu proses produksi massal, bagian ini menghadapi tantangan berat yang memaksa penempatan di area non ideal. Tantangan-tantangan tersebut yang pertama adalah permukaan yang sulit. Dikarenakan banyak kemasan modern menggunakan bahan non porous atau tidak menyerap tinta. Tinta CIJ harus diformulasikan secara khusus agar dapat menempel pada produk. Selanjutnya ada masalah permukaan melengkung dan tidak rata. Masalah ini dianggap sebagai tantangan terbesar, karena area seperti bagian bawah kaleng yang cekung, tutup botol, atau lekukan bahu botol. Diakui sebagai permukaan yang sangat sulit untuk dicetak.

Kesulitannya terlihat dari laser coding yang harus terus menerus menyesuaikan fokus untuk menghindari distorsi atau kehilangan detail. Sementara CIJ, sistemnya harus memiliki jarak lempar yang baik. Untuk menjangkau permukaan yang tidak rata tanpa menyentuhnya.

Bagian terakhir dari betapa rumitnya penempatan dan ukuran label, adalah lingkungan produksi itu sendiri yang seringkali cukup ekstrim. Di lini produksi minuman kaleng atau botol, misalnya. Lingkungan industrinya yang basah, penuh kondensasi pada produk, dan sering kaustik karena proses pembersihan. Mencetak kode yang jelas dan tahan lama pada kaleng dingin berkondensasi, bahkan dianggap sebagai pencapaian teknis yang signifikan.

Kemudian selain dari penggunaan teknologi khusus, sulitnya proses pengaplikasian, serta kondisi industrinya yang memberi masalah beragam. Semua masalah yang sudah diketik diatas menjadi lebih krusial lagi dengan tuntutan efisiensi. Jadi dalam lingkungan produksi massal berkecepatan tinggi, salah satu metrik kesuksesan adalah waktu operasional. Maksudnya mesin pabrik harus terus bekerja menghasilkan produk apapun yang terjadi. Karena kalau tidak, walau beberapa saat saja proses produksi berhenti. Pelaku produksi jelas menanggung kerugian finansial yang sangat besar.

Dikarenakan tuntutan waktu operasional yang sangat ketat dibarengi pencetakan label dinamis yang menyulitkan. Lahirlah sebuah kompromi yang menghasilkan efisiensi. Komprominya sendiri terjawab dari beberapa masalah, seperti printhead CIJ tersumbat atau kesalahan cetak. Hal ini dikarenakan pelaku produksi terlalu memaksakan pemberian label dengan font besar, serta penempatan di tempat-tempat yang kadangkala bentrok dengan desain kemasan.

Oleh karenanya muncullah kompromi teknis berupa. Ditetapkannya lokasi pencetakan yang secara teknis dianggap konsisten dalam produksi massal, serta dapat meminimalkan error CIJ dan laser coding. Dan lokasi itu tetap di bagian-bagian sulit dari kemasan produk, namun setidaknya lumayan memudahkan mesin dalam pengaplikasiannya. Misalnya di bagian bawah kaleng, atau tempat kosong yang tidak bertabrakan dengan desain kemasan.

Kompromi berikutnya yang memastikan teknologi CIJ dan laser coding bekerja dengan baik adalah. Menggunakan font kecil dan lebih sederhana sehingga mengurangi resiko distorsi. Karena dicetak di permukaan yang seringkali sulit macam permukaan yang cekung.

Sebelumnya

Selanjutnya

Posting Komentar