Kenapa Perusahaan Apple Masih Perkasa Aja Hingga Sekarang Bagian 1

Table of Contents

Mengawali bahasan mengenai salah satu perusahaan yang kukagumi. Aku akan langsung menginfokan bahwa saat ketikan ini dibuat, yaitu di hari kamis tanggal 4 Desember 2025. Apple masih menjadi salah satu perusahaan paling berharga di dunia. Mengalahkan Meta, Google, Amazon, dan bahkan perusahaan sultan minyak Arab yaitu Aramco. Satu-satunya perusahaan yang mengalahkan mereka saat ini hanyalah Nvidia. Itupun mungkin karena demam teknologi AI, dan hanya Nvidia lah yang punya alat paling mudah untuk menggali potensi AI. Sehingga membuat Nvidia, jadi perusahaan paling berharga mengalahkan Apple.

Tapi aku tidak akan membahas lebih dalam head to head antara Apple dan Nvidia. Aku hanya ingin tahu saja, kenapa perusahaan Apple ini masih begitu hebat hingga akhir tahun 2025. Padahal kalau kita mengikuti perjalanan dari perusahaan ini, banyak sekali rintangan yang harus mereka lalui. Hingga tidak sedikit para ahli ekonomi menyebut, bahwa Apple sedang menuju kehancuran.

Pendapat para ahli barusan bukan sekedar cemoohan atau kutukan belaka karena mereka benci dengan Apple. Namun faktanya diatas kertas memang mudah sekali menyebutkan, bahwa Apple mungkin tidak segarang sebelum-belumnya. Beberapa tanda paling mudah yang bisa kita pahami sebagai orang awam, misalnya. Steve Jobs pendiri perusahaan Apple yang sering menelurkan ide-ide ciamik meninggal.

Foto Steve Jobs.

Kalau ada yang bilang bahwa efek meninggalnya Steve Jobs adalah hal yang terlalu dilebihlebihkan. Maka aku bisa pastikan bahwa berbagai kebijakan Apple saat ini, yang sering mendapatkan kritik. Masih ada sangkut pautnya dengan efek dari meninggalnya Steve Jobs.

Kenapa bisa begitu?

Jawabannya mudah dan singkat. Steve Jobs adalah inovator kunci perusahaan Apple. Beliau membuat Apple bukan hanya untuk jadi barang mewah biasa. Tapi beliau juga membuat barang mewah dan mahal macam iPhone, macbook, dan Ipad jadi layak dibeli karena fiturfiturnya yang terdepan.

Saat kematiannya di 5 Oktober 2011 yang kemudian diikuti dengan informasi bahwa Tim Cook mulai menggantikannya. Para ahli meragukan kalau Tim Cook bisa jadi suksesor dari Steve Jobs. Alasan keraguan ini berasal dari latar belakang mereka yang berbeda. Mudahnya kalau Steve Jobs memang sejak awal adalah orang kreatif yang selalu suka berinovasi. Tim Cook bukanlah orang seperti itu. Tim Cook memang sangat handal menghandle orang-orang dalam perusahaan, hingga membuat para investor senang. Tapi lagi-lagi, dia bukanlah inovator sejati seperti Steve Jobs.

Foto Tim Cook.

Walaupun keraguan banyak orang tersebut dijawab dengan hasil yang memuaskan. Katakan saja sejak tahun 2011 ketika beliau mulai mengambil alih Apple. Cook berhasil menggandakan pendapatan dan laba perusahaan. Hingga di tahun 2023, beliau berhasil membawa Apple jadi perusahaan teknologi dengan pendapatan terbesar, yaitu US$394,33 miliar.

Kritik tetap tidak berhenti datang karena memang setelah Tim Cook mengambil alih. Para pengguna merasakan bahwa inovasi Apple yang dulunya sangat wah. Sekarang dianggap biasa saja dan terkesan lambat. Bahkan kalaupun ada inovasi, Apple era Tim Cook dianggap hanya memperbaiki kesalahan-kesalahan dari inovasi pesaingnya. Dan tidak berusaha bersaing untuk jadi perusahaan teknologi terdepan. Yang mana akibat dari hal ini juga, Tim Cook dijuluki sebagai CEO yang lebih disukai investor dibanding pengguna produk Apple itu sendiri.

Lantas apakah akan terus begitu? Apakah Apple hanya akan mengandalkan fans-fans setianya serta mengandalkan branding produknya yang sejak lama sudah terkenal?

Sejujurnya kalau dilihat, Apple memang masih sangat bergantung pada fans-fans setia produknya untuk terus maju. Namun kerennya, walaupun terkadang inovasi dan kebijakan perusahaannya agak-agak tidak menyenangkan. Apple ini adalah tipe perusahaan yang berusaha melakukan apapun untuk tidak membuat fansnya pergi. Malahan kalau bisa, Apple berusaha menambah lebih banyak lagi fansnya dengan gebrakan-gebrakan yang. Walau terasa wah saat diiklankan, namun tetap okelah secara ekspektasi serta kenyataan. Seenggaknya Apple tidak terlalu mengecewakan dan menampar fans setianya seperti suatu perusahaan tertentu.

Jadi gini, Apple itu tahu betapa kehilangannya mereka setelah Steve Jobs meninggal. Namun tentu Tim Cook dan yang lainnya tidak boleh terus meratap bahwa jenius inovatif mereka telah pergi. Mereka harus memutar otak untuk bagaimana perusahaan yang identik dengan inovasi ini tetap jalan. Bahkan saat pendiri dan orang paling pentingnya sudah tidak ada.

Dan karena inovasi itu perlu waktu, dimana ini berbanding terbalik dengan keinginan fans atau pembeli yang ingin selalu ada hal baru. Atau sekedar pengalaman menggunakan produk yang tidak begitu-begitu saja. Maka mereka harus mendamaikan 2 faktor itu tanpa seorang Steve Jobs.

Pertanyaannya, apa yang mendamaikan 2 faktor yang terlihat saling bertentangan barusan?

Jawabannya adalah sumber daya manusia perusahaan dan ekosistem.


Selanjutnya. 

Posting Komentar